Mengamati kondisi alam saat ini, Kayong Utara khususnya, memasuki bulan kering (panas). Minimnya curah hujan, menyebabkan tanah/lahan menjadi kering.
Kondisi lahan, semak belukar atau hutan yang kering, menyebabkan mudah terbakar. Oleh karena itu, tidak dibenarkan membakar lahan dan hutan. Ancamannya cukup serius.
Ada 3 Undang-undang (UU) yang mengatur tentang pembakaran lahan atau hutan. Pertama: UU Nomor 41/1999 tentang Kehutanan. Pasal 78 ayat (3) menyebutkan, "Pembakar bisa di sanksi kurungan 15 tahun dan denda Rp. 5 miliar."
Sedangkan Pasal 78 ayat (4) menyebutkan, "Pembakar hutan dapat di sanksi 5 tahun penjara dan denda Rp. 1,5 miliar."
Kedua: UU Nomor 18/2004 tentang Perkebunan. Pasal 8 ayat (1) menyebutkan, "Seseorang yang membuka lahan dengan cara di bakar, di sanksi 10 tahun penjara dan denda maksimal Rp. 10 miliar."
Ketiga: UU Nomor 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 108 menyebutkan, "Seseorang yang sengaja membuka lahan dengar cara di bakar di sanksi minimal 3 tahun penjara dan maksimal 10 tahun penjara, dengan denda maksimal Rp. 10 miliar."
Oleh sebab itu, sebelum kita berurusan dengan hukum, hindari membakar lahan dan hutan. Apa lagi dalam kondisi bulan kering, tentu rawan kebakaran luas.
Dampak lain dari kebakaran lahan dan hutan, menyebabkan polusi udara. Kabut asap bisa menimbulkan bermacam penyakit, misalnya Ispa (Infeksi Saluran Pernapasan). Bahkan kabun asap bisa menyebabkan kematian. Karena, oksigen (udara) yang kita hirup kotor/mengadung mineral yang berbahaya.
Selain itu, kebakaran hutan dan lahan, menyebabkan kondisi lahan tidak subur. Karena humus (tanah sumbur) telah terbakar. Apa lagi di lahan gambut dengan kedalaman tertentu. Butuh belasan, atau puluhan tahun untuk kembali normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar