- Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi),
- Mayjen TNI Raden Soeprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi),
- Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan),
- Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen),
- Brigjen Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik),
- Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
- Lettu CZI Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jenderal A. H. Nasution)
Jenderal TNI Abdul Haris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Namun, putri beliau, Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya yaitu Lettu CZI Pierre Andreas Tendean, tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Jenazah mereka ditemukan pada 3 Oktober 1965.
Selain itu ada beberapa orang lainnya yang juga turut menjadi korban yaitu :
- Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr. J. Leimena)
- Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Koren 072/Pamungkas, Yogyakarta)
- Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakata)
Untuk perwira yang ditangkap dan dieksekusi di Yogyakarta, ada dua nama yakni Katamso dan Soegiyono.
Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI mampu menguasai 2 sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan kantor Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota “Dewan Jenderal” yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah. Diumumkan pula terbentuknya “Dewan Revolusi” yang diketuai oleh Letkol Untung Sutopo.
Pada 6 Oktober 1965 Soekarno mengimbau rakyat untuk menciptakan “Persatuan Nasional”, yaitu Persatuan antara Angkatan Bersenjata dan para korbannya, dan penghentian kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa untuk mendukung “Pemimpin Revolusi Indonesia” dan tidak melawan angkatan bersenjata. Pernyataan ini dicetak ulang di koran CPA bernama “Tribune”.
Soekarno melantik Mayjen Soeharto menjadi Panglima Angkatan Darat di Istana Negara pada tanggal 16 Oktober 1965.
Berikut kutipan amanat Presiden Soekarno kepada Soeharto pada saat Soeharto disumpah :
Pada tanggal 11 Maret 1966, lima bulan setelah pelantikan tersebut, Soekarno kemudian memberi Soeharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Ia memerintahkan kepada Soeharto untuk mengambil “langkah-langkah yang sesuai” untuk mengembalikan ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi dan wibawanya. Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh Soeharto untuk melarang PKI. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Soekarno dipertahankan sebagai Presiden Tituler Diktatur Militer itu sampai Maret 1967.
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September (G-30-S/PKI) dan hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto, dibangun Monumen Pancasila Sakti atau saat ini dikenal dengan Monumen Pahlawan Revolusi dan saat ini monumen tersebut sudah direvitalisasi dengan baik.
Hari Kesaktian Pancasila diperingati guna untuk mengingat jasa para Perwira Militer Indonesia, dan menghormati perjuangannya untuk mempertahankan Kesatuan Republik Indonesia. Tidak jauh dari perjuangan pahlawan nasional tersebut, sejarah Hari Kesaktian Pancasila juga diadakan untuk mengenang dan memperingati tragedi berdarah era tahun 1965 hingga 1966, dimana saat itu terjadi pembantaian yang dianggap sebagai pelakunya adalah anggota PKI dan aksi eksekusi tersebut dilakukan tanpa melalui proses hukum yang sesuai undang-undang di negara Indonesia.
Demikian sejarah singkat Hari Kesaktian Pancasila yang admin kutif dari berbagai sumber terpercaya, mudah-mudahan dengan mengetahui sejarah singkat ini kita dapat memaknai sejarah perjuangan Indonesia dengan baik dan bijaksana, serta melanjutkan perjuangan dari para pahlawan untuk membangun negeri yang kita cintai.
Mari tandai Peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini dengan cara Mengibarkan Bendera Merah Putih setengah tiang disetiap halaman rumah kita.
SELAMAT MEMPERINGATI HARI KESAKTIAN PANCASILA KE-56 TAHUN 2021
"INDONESIA TANGGUH BERLANDASKAN PANCASILA". (Admindes)